PERSALINAN MACET

PERSALINAN MACET
Sudah diusahakan normal, eh, akhirnya lewat operasi juga. Gara-gara proses persalinannya macet “di tengah jalan”.
Sering, kan kita dengar, si ibu tak bisa melahirkan normal gara-gara ada kemacetan dalam persalinannya. Sebetulnya apa sih yang dimaksud dengan persalinan macet?
Dalam dunia kedokteran, jalannya persalinan yang macet dikenal dengan istilah distosia. “Penyebabnya ada 3 hal, yaitu karena adanya kelainan pada 3P, power, passage, passenger,” terang dr. Achmad Mediana, Sp.OG, dari RS Gandaria Jakarta Selatan.
Mengapa bisa terjadi demikian? Mari kita simak lebih jauh satu per satu.
His yang terlalu sering, sehingga tidak efektif. Misalnya pada pembukaan awal seharusnya his hanya 2-3 kali saja, tetapi ternyata 6 kali. “Jadi, tentu saja itu tidak bagus.”
* Inkoordinit
Hisnya tidak teratur, bisa berubah-ubah, tidak ada koordinasi dan sinkronisasi antara kontraksi dan bagian-bagiannya. Misalnya, pada bagian atas dapat terjadi kontraksi, tapi bagian tengah tidak, sehingga menyebabkan persalinan tidak mengalami kemajuan. “Biasanya karena adanya mioma atau ketuban sudah pecah.”
* Tetanik
His yang tak henti-henti, terlampau kuat dan terlalu sering, sehingga tidak ada relaksasi rahim. “Biasanya karena ada ari-ari yang lepas. Ini sangat berbahaya. Bisa mengakibatkan perdarahan.”
DISTOSIA PASSAGE & PASSANGER
Gangguan persalinan akibat passage ini, terang Achmad, biasanya berkaitan dengan kelainan panggul wanita. Perlu diketahui, bentuk dan ukuran panggul sangat menentukan kelancaran persalinan. “Karena proses persalinan merupakan suatu proses mekanik, dimana janin didorong melalui jalan lahir oleh his,” terangnya.
Tetapi, “kesalahan” tidak selalu terletak pada ukuran panggul, karena pada panggul normal pun bisa saja terjadi gangguan persalinan. Misalnya, panggul normal tersebut bisa saja dinilai sempit jika diperimbangkan dengan janinnya. “Pada kasus janin yang terlalu besar, sehingga tidak muat.” Dengan demikian bisa terjadi sebaliknya, kendati panggulnya sempit, jika janinnya kecil maka tak ada masalah gangguan jalan lahir.
Panggul wanita yang normal berbentuk ginekoid. Nah, bila ada ketidaknormalan bentuk, seperti bentuk panggul segitiga, akan mengakibatkan distosia passage/jalan lahir. Untuk diketahui, kelainan bentuk panggul ini bisa disebabkan karena ibu pernah mengalami kecelakaan yang mengakibatkan perubahan bentuk.
Misalnya lagi, panggulnya bengkok. Nah, selama kelainan ini menetap, agak sulit mengoreksi kemacetan persalinannya. “Namun bila kemacetan persalinan karena ukuran panggul yang kecil, harus diperimbangkan dengan bayinya. Karena walau panggulnya kecil bila bayinya pun kecil, ya, masih bisa melahirkan normal.”
Sedangkan distosia passenger/janin ini sangat tergantung pada besar janin dan posisinya. Sebab, jelas Achmad, jika berat janin melebihi kapasitas jalan lahir,
DISTOSIA POWER/HIS
Yang dimaksud dengan distosia power adalah tenaga persalinan/his yang tidak normal, baik kekuatan maupun sifatnya, sehingga menghambat kelancaran persalinan.
His sendiri memiliki kriteria normal yang sesuai dengan fase persalinan. “Dalam fase persalinan ada yang disebut fase laten/awal dan fase aktif,” jelas Achmad. Fase awal/laten ini bila pembukaannya antara 0-3 cm. Sedangkan fase aktif bila pembukaannya 3 cm atau lebih hingga lengkap (10 cm). “His pada fase awal ini biasanya masih lemah, tapi pada fase aktif hisnya sedang atau kuat.”
Nah, hambatan pada his ini bisa disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya:
* Inersia
His yang tidak sesuai dengan fasenya. “Biasanya disebabkan karena kelainan fisik. Entah itu karena ibunya kurang gizi, anemia, penyakit berat (hepatitis berat, TBC) atau ada kelainan pada rahim, misalnya terdapat mioma.”
Inersia dibedakan dalam dua jenis, primer dan sekunder. Yang dimaksud inersia primer bila sama sekali tidak terjadi his. Jadi, kelemahan his terjadi sejak dari permulaan persalinan. “Sedangkan disebut sekunder, bila pada awalnya bagus, yaitu kuat dan teratur, lantas hilang. Inersia sekunder inilah yang kerap terjadi pada ibu hamil.”
* Takisistol
maka tentu akan mengalami gangguan pada proses persalinan. Misalnya saja, ukuran panggul ibu normal, tetapi berat janin 5 kg. Hal tersebut memungkinkan untuk terjadi kemacetan persalinan.
Kelancaran ini juga ditentukan oleh ukuran yang terendah yang masuk ke jalan lahir. “Kalau bokong dulu yang keluar, misalnya, kalau bokongnya kecil, sih, tak masalah. Tapi kalau bokongnya besar karena bayinya besar, kan, jadi enggak bisa keluar juga.”
Yang sering pula terjadi adalah distosia karena kelainan posisi/presentasi. Misalnya presentasi puncak kepala. “Yang normal, kan, lahir dengan posisi kepala belakang dahulu yang keluar atau posisi ia menunduk, karena ini diameter yang paling kecil.” Nah, bila posisi janin berubah, misalnya kepalanya jadi tengadah, maka diameter yang masuk ke panggul yang terbesar, sehingga enggak muat melewati jalan lahir.
DISTOSIA JENIS LAIN
Kecuali disebabkan oleh tiga hal, distosia juga bisa diakibatkan oleh berbagai sebab lain, misalnya bahu, anomali (kelainan) kepala, tali pusat dan sebagainya.
Kemacetan pada bagian bahu, menurut Achmad, biasanya terjadi pada bayi yang beratnya di atas 4 kg. Sehingga diameter bahunya lebih besar dari kepala. “Padahal kalau beratnya di bawah 4 kg, diameter terbesar adalah kepala. Jadi bila kepala sudah lolos, lolos pula semua anggota badan.” Pada kasus distosia bahu, terang Achmad, kepala lolos, bahu belum tentu lolos. “Makanya kalau diketahui dari USG berat janin lebih dari 4 kg, biasanya harus operasi.”
Distosia karena anomali (kelainan) bisa juga terjadi, misalnya pada kasus ansepalus (tidak ada kepala), hidrosepalus, dan sebagainya.
Sedangkan distosia akibat posisi hamil yang tidak normal, misalnya karena ada lilitan tali pusat. “Lilitan tali pusat ini bisa menghambat gerakan/putaran bayi di dalam rahim. Akibatnya janin tidak turun ke jalan lahir. Karena setiap kali hendak turun, ia terjerat tali pusat.”
PERTOLONGAN SEGERA
Bila kemacetan tersebut terjadi saat janin sudah terlanjur keluar sebagian badannya, biasanya akan digunakan manual aid. Dengan bantuan tangan diubah posisinya dari luar.
Pertolongan ini harus segera dilakukan, karena jika terlambat, maka bisa mengakibatkan gawat janin atau asfiksia. Terlebih lagi bila ketubannya sudah berubah warna menjadi hijau. “Jalan lahir juga bisa mengalami kerusakan. Bayangkan saja, jika jalan lahir sudah terjepit lama hingga 4-5 jam, maka jalan
lahir itu bisa kekurangan oksigen. Akibatnya akan rusak,” terang Achmad. Apalagi, lanjut Achmad, saluran kencing yang terdapat di atas jalan lahir pun bisa terganggu. Bisa membuat si ibu tidak kencing beberapa hari.
Demikian juga, bila pembukaan sudah lengkap tapi jalan lahir tidak muat, maka rahim juga bisa pecah. Saat pembukaan sudah lengkap, tapi kepala tak turun-turun, dinding rahim akan semakin menipis, maka kepala bayi bisa keluar ke perut. “Ini, kan, bahaya untuk bayi dan ibu. Bayinya bisa meninggal dan ibunya bisa perdarahan, yang bisa membawa ke kematian pula.”
Sedangkan jika diagnosis menunjukkan penyebab distosia tersebut karena gangguan his, maka akan dilakukan perbaikan pada hisnya. Caranya bisa dengan diinfus, diberi obat, atau dipecahkan ketubannya. “Dan bila hisnya terlalu kuat/sering, maka diberi obat untuk mengurangi/mengatur hisnya kembali.”
Bila yang terjadi kasus his tetanik, maka harus dicari penyebabnya. “Kalau karena lepasnya plasenta, maka mau tak mau harus operasi. Tetapi, hal tersebut sangat tergantung pada kondisi pembukaannya saat itu, kalau sudah siap lahir, ya, dilahirkan dengan normal.”
Semua keadaan his ini akan dipantau lewat partigraf. Semacam grafik yang dijadikan tolok ukur untuk melahirkan. “Jika masih sesuai dengan grafik, maka bisa dilahirkan secara normal. Tapi kalau masih macet, ya, harus dilakukan operasi.”
Lain lagi bila yang terjadi kasus dengan dugaan CPD/cepalo palvik disproporsi (panggul sempit), maka akan dilakukan partus percobaan. “Dengan mulas yang bagus akan dinilai dalam 2 jam. Jika ada pembukaan yang bertambah, ada putaran posisi kepala janin (baik berputar sendiri atau dengan bantuan), serta adanya penurunan kepala, maka dinilai partus maju. Tapi kalau tidak ada perubahan ketiga hal tersebut, maka partus percobaan itu dinilai gagal.
Lain halnya bila kemacetan terjadi pada saat persalinan kala 2, misalnya sudah pembukaan tapi tak kunjung lahir, entah itu karena bayinya sedikit miring atau mulasnya tak ada, atau ibunya tak mau ngedan, maka dokter akan segera memberi tindakan, dengan menggunakan ekstraksi vakum atau forcep.
Vakum atau forcep bisa dilakukan bila pembukaannya sudah lengkap dan kepalanya sudah turun. “Kalau kepalanya tidak turun juga, ya, langsung operasi. Demikian juga jika pembukaannya belum lengkap,” tandas Achmad.
Operasi memang tidak selalu ditempuh dalam mengatasi kemacetan persalinan ini. Hanya pada kasus pasien distosia yang tidak bisa dikoreksi, menurut Achmad, yang akan dilakukan operasi. “Sambil menunggu operasi, biasanya kita hilangkan mulasnya. Supaya bayinya tidak bertambah stres.”
Pendek kata, operasi dilakukan setelah melihat berbagai pertimbangan. Salah satunya dengan melihat kondisi janin. Bila dari hasil rekaman CTG, denyut jantungnya kurang bagus, maka segera dilakukan operasi.
UPAYA PENCEGAHAN
Lantas, apa upaya yang bisa dilakukan ibu hamil agar persalinan berjalan lancar? Untuk mencegahnya, yang paling utama harus diperhatikan adalah status gizi ibu saat hamil. “Status gizinya harus baik. Dengan demikian tenaganya saat persalinan akan bagus.”
Yang kedua, saran Achmad, jangan malas melakukan senam hamil. “Senam hamil perlu untuk melemaskan otot-otot, belajar bernafas selama persalinan, dan memperkenalkan posisi. Yang tak kalah penting adalah persiapan mental menjelang persalinan. Karena, terang Achmad, tak jarang ibu-ibu hamil yang baru pembukaan 3-4 saja sudah teriak-teriak panik. “Padahal kalau orang sedang mulas, ototnya akan kencang semua. Justru seharusnya ia jangan buang-buang tenaga dengan berteriak-teriak. Tapi tarik nafas dan lemaskan otot-ototnya, supaya ia irit tenaga. Siap untuk mengejan nanti.”
Nah, bagi yang sudah terlatih dalam senam hamil, umumnya mentalnya relatif sudah siap, sehingga ia pun bisa tenang dalam melahirkan. Karena kesiapan mental ini pun sangat berperan dalam hal mengatur mulas. “Mulas itu salah satunya dipengaruhi kesiapan mental karena berkaitan dengan hormon.”
Selain itu, jelas Achmad lebih jauh, dalam hal mengejan, sebaiknya tunggu perintah dari bidan atau dokternya. “Jangan mengejan sebelum diperintahkan. Karena jika tidak teratur, tenaga makin berkurang, dan jalan lahir bisa membengkak. “Hal ini diakibatkan karena saat mengejan, terdapat cairan yang keluar di jalan lahir.” Akibat lebih jauh, akan menyulitkan penjahitan jika vagina ibu mengalami pembengkakan.
Yang terakhir, jangan malas mengontrol kehamilan agar bisa mendeteksi sedini mungkin bila ada kelainan. Misalnya, bila selama kontrol kehamilan, bayinya sudah terlalu besar untuk ukuran usia kehamilannya, tentu harus diet. “Sebab jika janin sudah terlalu besar, misalnya sudah di atas 4 kg, maka akan terjadi distosia. Bayi tak akan muat untuk masuk ke jalan lahir.”
Bahkan pada kasus bayi dengan distosia bahu bisa saja terjadi cedera syaraf-syaraf di otot leher dan bahunya. Akibatnya, bisa cacat atau lumpuh lengan separuh. “Karena itu, jika taksiran bayinya di atas 4 kg dan panggulnya kecil, sebaiknya jangan ambil risiko, langsung operasi. Tapi kalau panggulnya dinilai mencukupi, ya, bisa saja dicoba melahirkan normal.”